)
Sudahkah Anda membaca hari ini? Buku
apa yang Anda baca? Kita sering mendengar kalimat membaca pangkal pandai.
Sudahkah membaca menjadi rutinitas harian kita?
Jika kita tengok para pendiri bangsa
Indonesia, mereka adalah orang-orang yang gemar membaca. Sebut saja Bung Karno,
Bung hatta, Sutan Sjahrir. Mereka begitu dekat dengan buku. Kedekatan dengan
buku membuat mereka berwawasan luas dan berpikiran besar. Kita tidak
mungkin berdiskusi tanpa membaca dulu sebelumnya. Dengan membaca perdebatan
dalam diskusi menjadi lebih bermutu dan tetap relevan dibaca.
Ada cerita betapa dekatnya pendiri
bangsa dengan buku. Bung Hatta menjadikan buku karangannya, Alam Pikiran
Yunani sebagai hadiah pengantin untuk isterinya. Seorang penyair dari
Padang pernah berkata tentang Bung Hatta, “Dia orang besar dan hidupnya seperti
buku yang tak akan tamat dibaca.”
“Tidak ada orang besar yang tidak
membaca. Bahkan Fi’raun pun membaca. Meskipun Fir’aun dari kebiasaan membacanya
itu membuatnya melakukan tindakan negatif,” kata Oom Nurohmah, ketika ditemui
di ruangannya di kantor Badan Perpustakaan dan Arsip daerah (BAPUSIPDA)
jumat (25/5).
Untuk mencapai tahap minat baca, orang
terlebih dulu melewati tahapan kemampuan membaca.”Sebelum minat tumbuh,
kemampuan membaca dulu yang ditumbuhkan,” ujar ketua Gerakan Pemasyarakatan
Minat Baca (GPMB) Jawa Barat. Menurutnya, kemampuan membaca itu bukan bawaan
sejak lahir, tetapi harus dilatih.
Ada proses yang dilewati untuk
mewujudkan kondisi gemar membaca. Proses tersebut dibina dari lingkungan
terkecil. Keluarga merupakan lingkungan terkecil untuk membina dan mewujudkan
gemar membaca.
“Political will (regulasi)
supaya terwujud budaya baca pun sangat penting. Pemerintah lewat kebijakan yang
dikeluarkan bisa mendorong ke arah terwujudnya budaya baca,” ujar Oom.
Mewujudkan budaya baca pada akhirnya menjadi tugas bersama, baik itu keluarga,
lingkungan sekolah sampai pada pemerintah.
Menurut data UNCEF, minat baca orang
Indonesia tergolong rendah. Kalau dipresentasekan Indonesia berada pada kisaran
0,01 pesen. “Artinya di Indonesia satu buku di baca oleh seribu orang,”
tambah Oom. Tampaknya ini terkait dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang
lebih memilih ke pusat perbelanjaan ketimbang toko buku atau perpustakaan di
kala waktu senggang.
Mengembalikan Fungsi Pepustakaan
Allah SWT menurunkan wahyu kepada
Rasulullah SAW dengan ayat pertama yang berbunyi “iqra”, bacalah, bacalah
dengan menyebut Tuhan yang Maha Pemurah.
“Jelaslah, manusia diciptakan untuk
membaca. Bukan sekedar membaca teks tapi juga lingkungan, alam sekitar,” kata
Oom.
Perkembangan teknologi informasi dewasa
ini, di satu sisi ada peluang dan juga ancaman. Peluang untuk kita mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Ancaman ketika digunakan
secara tidak bijak dan etis.
“Kita harus cerdas informasi dan cerdas
media,” terang Oom. “Itu juga bagian dari membaca. Membaca lingkungan.
Tren teknologi saat ini kita ikuti. Tapi dalam menggunakannya kita harus bijak
dan etis. Orang yang bjak dan etis tentu akan dapat mempertanggungjawabkan apa
yang dilakukanya.”
Informasi juga bisa kita dapatkan di
perpustakaan. Melalui buku-buku yang ada di perpustakaan kita dapat menjadikan
informasi sebagai sumber kekuatan. Salah satu fungsi dari perustakaan adalah
sebagai fungsi informatif.
Di perpustakaan juga kita bisa belajar.
Ada pertarungan dialektika di sana. Lewat buku-buku kita membangun karakter.
Buku kerap kita anggap “tidak ramah”. Kita malas membeli buku karena harganya
kelewat mahal. Oleh sebab itu perpustakaan menjadi solusi bagi mereka yang haus
akan ilmu pengetahuan.
Sudah saatnya kita mulai melestarikan
budaya membaca. Hari ini banyak cara dikembangkan agar membaca menjadi sesuatu
yang menyenangkan. Misalnya, lewat lagu yang membangkitkan gairah untuk
membaca. Seperti yang dilakukan oleh Oom dan Gerakan Pemasyarakatan Minat
Baca (GPMB). Mereka merilis album yang berisi lagu-lagu untuk menumbuhkan
semangat membaca. Membaca disajikan dengan se-kreatif mungkin dan tidak
menjemukan. So, siapa lagi yang menyusul? ***
Related Article:
0 komentar:
Posting Komentar