Minggu, 24 Februari 2013

Cerdas Baca Buku, Pintar Baca Lingkungan


http://i0.wp.com/24.media.tumblr.com/tumblr_m4ouktVunb1r9mgqro1_500.jpg?resize=490%2C326)

Sudahkah Anda membaca hari ini? Buku apa yang Anda baca? Kita sering mendengar kalimat membaca pangkal pandai. Sudahkah membaca menjadi rutinitas harian kita?
Jika kita tengok para pendiri bangsa Indonesia, mereka adalah orang-orang yang gemar membaca. Sebut saja Bung Karno, Bung hatta, Sutan Sjahrir. Mereka begitu dekat dengan buku. Kedekatan dengan buku membuat mereka berwawasan luas dan berpikiran besar. Kita tidak mungkin berdiskusi tanpa membaca dulu sebelumnya. Dengan membaca perdebatan dalam diskusi menjadi lebih bermutu dan tetap relevan dibaca.
Ada cerita betapa dekatnya pendiri bangsa dengan buku. Bung Hatta menjadikan buku karangannya, Alam Pikiran Yunani sebagai hadiah pengantin untuk isterinya. Seorang penyair dari Padang pernah berkata tentang Bung Hatta, “Dia orang besar dan hidupnya seperti buku yang tak akan tamat dibaca.”
“Tidak ada orang besar yang tidak membaca. Bahkan Fi’raun pun membaca. Meskipun Fir’aun dari kebiasaan membacanya itu membuatnya melakukan tindakan negatif,” kata Oom Nurohmah, ketika ditemui di ruangannya di kantor  Badan Perpustakaan dan Arsip daerah (BAPUSIPDA) jumat (25/5).
Untuk mencapai tahap minat baca, orang terlebih dulu melewati tahapan kemampuan membaca.”Sebelum minat tumbuh, kemampuan membaca dulu yang ditumbuhkan,” ujar ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Jawa Barat. Menurutnya, kemampuan membaca itu bukan bawaan sejak lahir, tetapi harus dilatih.
Ada proses yang dilewati untuk mewujudkan kondisi gemar membaca. Proses tersebut dibina dari lingkungan terkecil. Keluarga merupakan lingkungan terkecil untuk membina dan mewujudkan gemar membaca.
Political will (regulasi) supaya terwujud budaya baca pun sangat penting. Pemerintah lewat kebijakan yang dikeluarkan bisa mendorong ke arah terwujudnya budaya baca,” ujar Oom. Mewujudkan budaya baca pada akhirnya menjadi tugas bersama, baik itu keluarga, lingkungan sekolah sampai pada pemerintah.
Menurut data UNCEF, minat baca orang Indonesia tergolong rendah. Kalau dipresentasekan Indonesia berada pada kisaran 0,01 pesen. “Artinya di Indonesia  satu buku di baca oleh seribu orang,” tambah Oom. Tampaknya ini terkait dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih memilih ke pusat perbelanjaan ketimbang toko buku atau perpustakaan di kala waktu senggang.
Mengembalikan Fungsi Pepustakaan
Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW dengan ayat pertama yang berbunyi “iqra”, bacalah, bacalah dengan menyebut Tuhan yang Maha Pemurah.
“Jelaslah, manusia diciptakan untuk membaca. Bukan sekedar membaca teks tapi juga lingkungan, alam sekitar,” kata Oom.
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini, di satu sisi ada peluang dan juga ancaman. Peluang untuk kita mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Ancaman ketika digunakan secara tidak bijak dan etis.
“Kita harus cerdas informasi dan cerdas media,” terang Oom. “Itu juga bagian dari membaca. Membaca lingkungan. Tren teknologi saat ini kita ikuti. Tapi dalam menggunakannya kita harus bijak dan etis. Orang yang bjak dan etis tentu akan dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukanya.”
Informasi juga bisa kita dapatkan di perpustakaan. Melalui buku-buku yang ada di perpustakaan kita dapat menjadikan informasi sebagai sumber kekuatan. Salah satu fungsi dari perustakaan adalah sebagai fungsi informatif.
Di perpustakaan juga kita bisa belajar. Ada pertarungan dialektika di sana. Lewat buku-buku kita membangun karakter. Buku kerap kita anggap “tidak ramah”. Kita malas membeli buku karena harganya kelewat mahal. Oleh sebab itu perpustakaan menjadi solusi bagi mereka yang haus akan ilmu pengetahuan.
Sudah saatnya kita mulai melestarikan budaya membaca. Hari ini banyak cara dikembangkan agar membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan. Misalnya, lewat lagu yang membangkitkan gairah untuk membaca. Seperti yang dilakukan oleh Oom dan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB). Mereka merilis album yang berisi lagu-lagu untuk menumbuhkan semangat membaca. Membaca disajikan dengan se-kreatif mungkin dan tidak menjemukan. So, siapa lagi yang menyusul? ***



Related Article:

0 komentar:

Posting Komentar


 

GPMB

Gerakan Pemasyarakatan MInat Baca kab Bulukumba. Agenda yang sudah dilakukan 1. Bulukumba book Fair 2. Seminar Peningkatan Minat Baca ( kalangan Guru) 3. Lomba Menulis Cerpen 4. Lomba Cipta Baca Puisi

KKRB

Komite KOnsolidasi Rakyat Bukukumba

LMP

Laskar Merah Putih Bulukumba.
Copyright 2010 PERUBAHAN. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Blogger Template